“ Hhe, nggak papa kog tante, kata Mbak penjual bukunya sih buku edisi ini sih limited edision Tante ”, ucapku menerangkanya. Bokeb ”, ucapku pada Tante Eni setelah melihatnya kesakitan. Aku berkata seperti itu dengan maksud sebuah kesebuah hotel, motel atau semacamnyalah, hhe. “ Sayang, kamu sering ya ML sama wanita lain… ”, , pancing Tante Eni. “ Baiklah Tante sayang, kita lanjutkan nanti aja… ”, balasku tak kalah mesranya. Tante Eni menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting tinggi, aku sudah tidak kuasa untuk menahan pinggulnya yang bergerak melenting ke atas. Dari obrolan kami, pada akhirnya aku mengetahui nama beliau adalah Tante Eni. Pada saat itu aku tidak berani menatap wajahnya lama-lama, tapi pada saat itu mataku tertuju pada paydara-nya yang membusung montok dan bentuk tubuhnya yang bisa dibilang semok. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan. Dia segera membalikkan tubuhnya, buah dada-nya yang berada di balik BH-nya telah membusung,
“ Ayo dong buka bajumu Nang ”, pintanya dengan penuh nafus dan kemesraan.
