“Ray…”
“Ya?”
“Kukira aku sudah tidak perawan lagi…”Surabaya, Keesokan HarinyaKucengkeram kerah baju Jay dalam genggamanku, dan mengangkat kepalanya mendekatiku,
“Maksudmu apa?” desisku berang. Bokep Colmek Jay menolehkan kepalanya ke arah mobil. terima kasih,” suaranya terdengar sendu, “Kamu?”
“Aku sudah menimbang-nimbang,” jawabku. “Chie…” erangku tertahan, mataku terpejam. Ah, Jay. “Chie?” tanyaku. Tapi…”
“Sshhh… mohon jangan menolakku sekarang.”
Chie mengecup bibirku, meraih tombol lampu, membiarkan kegelapan menyelimuti kami berdua. Aku juga seperti dia.Seperti Jay. Jay, kenapa dia bisa setenang itu, kenapa seakan ia tidak mau melihat apa yang sedang terjadi?“Ray, aku sayang kamu,” Chie memelukku dengan kedua lengannya. Karena ia adalah temanku, sahabatku, orang yang kukasihi.Jay? Sudah kuduga. “Kenapa tidak terus, Ray?”
“Aku… aku akan membiarkanmu dalam dosa-dosamu.”Kulangkahkan kakiku meninggalkannya. “Ray, kamu tahu?”
“Apa?”
“Masalah Jay. Ucapan itu sangat pahit dan mengena. “Yang tadi itu,” kata Chie.“Chie, bagiku keperawanan itu sama saja bagi semua orang. “Chie?” tanyaku. Jay, sahabat terbaikku.Chie adalah gadis penuh pesona. Chie lalu bercerita pada Jay mengenai acara pernikahannya dengan anak rekan bisnis ayahnya dari Australia untuk menyambung eksistensi bisnis peninggalan ayahnya.
