Aku berdebar-debar terus. Mbak Narsih duduk di kursi kayu, kamar mandi kubiarkan terbuka, agar ruangan lebih luas dan aku bisa ikut masuk mengguyur tibuhnya dan memandikannya. Bokep Cina kompor menyala besaar sekali. Kun, kamu baik, ya? Tapi mau ke mana dan mau ikut siapa? Kuuuuunnnnn. Memang aku merasakan, sepertinya aku ini bukan sebagai adiknya Mas Pras, tetapi lebih sebagai pembantu rumah tangganya Mbak Narsih. Aku melihat susu yang begitu montok dan putih menntang dan didorong oleh nafsu yang sudah mendidih, kuremas dan kuelus bukit kembarnya. Hoooeeeek. Lalu kutelusupkan jariku maju ke garis di depan sana. Sudah kusipkan air yg kuberi sedikit obat pel yang wangi. Bulik Saodah cukup ramah. Menyabuni ituuu? Terbayang lagi tubuh Mbak Narsih yang seksi dan putih mulus. Payudaranya terangkat naik. Hossss..hussssshhhhh..napasku dan napas Mbak Narsih seperti seperti nafas orang berlari mendaki bukit. dia tersenyum. Pahanya dinaikkan di pundakku. Saat itu aku putus sekolah. Mbak Narsih hanya memandangku dengan mata basah. Tetapi sampai di rumah, aku melihat piring kotor dan gelas kosong di meja makan.




















