Ida hanya tersenyum saja. Bokep Barat P-ku makin menegang dan membesar. Wajahnya terkesan berantakan. Ida menggapai gelas yang ada di meja kecil dekat ranjang, meneguk airnya dan memberbaginya padaku. Kembali Ida berbaring di bednya. Kami saling memainkan permen tadi, bergantian mengulumnya hingga akhirnya habis. Hari ini dengan ritme yang cepat dan dalam. Aku menurut saja dan berpikir lagi, pastilah dirinya tidak bermaksud untuk mengecewakanku. Dalam posisi ini gerakanku menjadi tidak lebih enjoy dan tidak lebih bebas. Dadanya meskipun kecil tapi tetap terasa menekan lenganku. Biarin aja”. Aku berpikir apalagi yang bakal diperbuatnya. “Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengundang berkenalan. Kukencangkan otot perutku dan kutahan, terasa ada ajaran lahar yang mau meledak. Kubelit kaki kirinya dengan kaki kananku dan sebaliknya. Dan kembali duduk di sampingnya di lobby. Harumnya eau de toillette sangat menolong untuk menenangkan pikiranku. Ida terus merapat. “Maaf, maaf saya kira ida temenku,” sahutku,
“Kebetulan dirinya bernama Ida”.
