Satu dua, satu dua. Bokep India Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien.Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Suara pletak-pletok mendekat.“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya itu.Aku tengkurap. Keberuntungankah? Aku dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Kali ini dengan telapak tangan. Membuatku tidak berani. Aku jelas mendengarnya dari sini.Kembali ruangan sepi. Sudahlah. Ia menyenggol kepala juniorku. Tapi ia dingin sekali. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Tidak perlu diantar. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.“Mbak Wien..,” gumamku dalam hati.Perlu tidak ya kutegur?
