Sampai saya ngangkat pinggul saya?“Haahh… haduhh…” Saya tersengal-sengal, sehabis ngecrit, badan saya seperti habis kena setrum atau kesambar petir. Bokeb Sakit! Memang dulu penampilan penari saya yang membuat Juragan kesengsem, dan memang dengan berpakaian seperti itulah saya jalani malam pertama kami. Saya langsung buka pakaian serta sanggul, masuk kamar mandi, dan mandi…ngguyur sekujur tubuh, cuci muka. Saya pikir mungkin dua puluh atau lebih. Bedak saya sampai luntur dan nempel di seprai ranjang Juragan. Kami sama-sama nggak sadar hidup di Ibukota begitu beratnya. Katanya, “Aku bikin kamu tambah enak di sini ya?”Juragan menyibak kancut saya dan menowel… menowel… itil saya!“Coba kalau begini…”“Nhaaaa!! Kenapa? “Tapi… tapi nggak bakal muat, Juragan!”“Nggak apa-apa… Kukasih kamu tiga puluh ribu lagi kalau kamu mau kumasuki.”Kali ini Juragan tidak nunggu jawaban saya. Sebelum remaja saja tetek saya sudah tumbuh, dan sekarang jadinya subur gumebyur sampai-sampai saya selalu kuatir dengan kemben saya tiap kali menari.
