Soalnya Mamamu khawatir takut ada apa-apa dengan kamu, Nit.” ucap Bunda di ujung telpon sana.“Iya, Bun. Aku salah apaan coba?” gumamku membatin. Bokeb Ni kepalaku udah pusing banget.” ujarku dengan muka bete.“Iya-iya yok ke kantin yok, aku juga laper, tadi pagi gak sempet sarapan.” ujarnya sambil memamerkan barisan giginya yang putih. Masak aku yang mandi yang puas orang lain.”“Braammmmm..” geramnya.“Apa sih Nit? Sontak hal tersebut membuat juniorku memberontak di balik celana, mendobrak untuk keluar dari sangkarnya. Lah ni cerita, sudah prakatanya tidak jelas, tidak ada prolog pula. Untung aku berguru sama guru Chintung, master of seribu alasan.“Terus kenapa itu mu kok bisa gede gitu?” tanyanya lagi.Kudekati dan kutatap wajahnya dengan mata yang sedikit kusipitkan dan bertanya “Oh… ituku gede ya?”PLETAK!!“Aduhh.. Kalau kamu gak ada acara temenin aku ya.” pintanya lagi.“Aseekkk… Makasih, ya Nin, aku bisa.” seruku girang.Saat sedang enak-enaknya ngobrol dengan Nina sembari menikmati secangkir kopi, aku dikagetkan oleh seorang cewek yang tiba-tiba duduk di sebelahku.“Bram, ya ampun kamu itu ditungguin dari tadi juga di parkiran.” serunya
>