Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Bokeb Gairah kami semakin menggelora.Aku ditariknya ke tempat tidur. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Bu Tadi sekarang kalau sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Bu Tadi walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.Keluarga Pak tadi sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat istriku selalu nafsu saja deh. Aduuh, nikmat sekali. Lampu belakang rumah Bu Tadi sudah padam dari tadi. Aku tersenyum kecut.“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada masalah.Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Pintu ditutup kembali. Nampaknya Bu Tadi menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.“Pak Tadi sedang kemana sih maa”, tanyaku.“Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran.
