Ia sudah membereskan peralatan pijat. Bokepindo Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Aku terlambat setengah jam. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.“Dik.., jangan dibuka lebar. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Duduk di tepi dipan. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Mengapa kancing baju cuma tujuh?Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku.
