Pokoknya turun.Kiri Bang..!Aku lalu menuju salon. Ini.., kutunjuk pangkal pahaku.Besok saja Sayang..! Bokepindo Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja.Badannya berbalik lalu melangkah. Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satuangkot dengannya. Dari iramanya bukan sedangberjalan. Si Junior melemah.Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ya, seseorang toh dapat saja lupa padasesuatu, juga pada sapu tangan. Bodoh, bodoh, bodoh. Adacairan putih di celana dalamku.Di kantor, aku masih terbayangbayang wanita yang dilehernya ada keringat. Sekarang sudahlebih lancar. katanya.Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Aku tiduran sambil baca majalahyang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu.Sekenanya saja kubuka halaman majalah.Tunggu ya..! Wiendatang. Dadaku mulai berdeguplagi. Bau tubuh wanita setengah bayayang yang meleleh oleh keringat. Masih terasa tangannya dipunggung, dada, perut, paha. Hitam.Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.Mau dipijat atau mau baca, ujarnya ramah mengambilmajalah dari hadapanku, Ayo tengkurep..!Tangannya mulai mengoleskan cream ke ataspunggungku.
