Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah.Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.“Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik.“Kan lain jurusan,” aku membela diri. Bokep Arab Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.“Baca di rumah,” bisiknya.Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Akhirnya aku duduk kembali.“Dik, kamu pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Aku jadi ingat Nita. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah.




















