Di bawah pancuran air dingin, aku terdiam memikirkan lagi apa yang sudah terjadi barusan. Mungkin bila dijajarkan dengan pentungan yang biasa dibawanya ukurannya sedikit lebih besar!! Vidio XNXX Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar!! akhhh…”
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Pak Marsan yang ditumbuhi rambut. Sebut saja namanya Pak Marsan, satpam yang kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya yang mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku untuk memastikan aku aman sampai ke rumah. Suatu hari, saat aku pulang lembur seperti biasa aku diantar Pak Marsan. Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu mengosek-osek belahan kemaluanku yang sudah basah dan licin. Tapi aku senang karena suamiku biasanya memperlakukanku bak putri saat bercinta denganku. Kamar tamuku fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas. “Itu lho pak… Pak Marsan kan tahu kalau saya selalu kerja sampai malam sedangkan Bang Ikhsan juga sering tugas ke luar kota jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari.




















